sepotong kasih sayang orangtua
24 Mei 2015
Senja telah datang ketika aku mulai berjalan menyusuri jalan Jogja untuk menyelesaikan tugasku dibagian kepanitian Bakti Sosial yang diadakan oleh KSR PMI UMY. Sengaja aku pergi ketika hari mulai petang, karena pada ingin menghidari terik matahari yang beberapa hari ini sungguh membakar. Aku gerakan motorku dengan santai asal sampai ditempat tujuan dengan selamat.
Seperti yang telah aku duga jika nanti harus antri. Akupun mengantri pada urutan ke-5. Sesaat setelah adzan magrib berkumandang, akhirnya giliranku untuk menyerahkan filenya kepada petugas digital print tersebut. Setelah semua selesai aku pulang, namun perutku telah memanggil untuk diisi. Akhirnya aku putuskan untuk mengisi perutku ditempat makan dekat kos-kosan saja. Seperti orang setengah bingung dan sengaja menikmati udara sore hari, aku putar-putar jalan dekat kos dan menuju tempat makan yang aku inginkan.
Hingga aku sampai ditempat yang aku tuju yaitu sebuah franchise ayam goreng. Setelah aku ambil pesananku aku mulai mencari tempat duduk dan aku putuskan untuk duduk didekat seorang ibu yang menggendong anaknya dan putranya yang satunya sibuk makanannya. Aku yang duduk mengahadap ibunya sendirian awalnya bingung kenapa ibunya melihatku terus dari mulai aku ambil sedotan untuk minum, cuci tangan dan kembali lagi ketempat dudukku. Tangan dan mulutku masih sibuk mengenyangkan perutku dengan sepotong ayam goreng dan nasi. Sambil makan aku melihat orang masuk untuk membeli makanan, salah satunya adalah sebuah keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan satu anaknya yang juga duduk didekatku.
Kini aku melihat ibu yang duduk didepanku sambil menjaga anak bayinya dalam keadaan tertidur nyenyak dan berpaling dari anak laki-lakinya yang sedang makan. Awalnya aku mengira ibu tersebut sudah selesai makan dan menunggu putranya tersebut selesai makan. Namun, setelah aku lihat lebih teliti dalam meja tersebut hanya ada satu piring yang berisi nasi dan ayam dan dua es teh. Aku tetap dalam kegiatanku menyantap makananku, sambil sesekali melihat handphoneku dan lalu lalang orang, aku lakukan itu karena biar dikira pura-pura sibuk dan biar tidak dikira kesepian karena makan sendirian. Tak lama setelah aku sadar apa yang aku lihat dimeja tersebut, anak laki-laki itu bilang kepada ibunya untuk dibelikan ayam lagi, tapi ibunya menolak dengan alasan bahwa antrinya banyak. Dan memang antri pelanggan pada saat itu memang banyak. Kemudian si anak melanjutkan makannya kembali dan ibu tersebut tetap pada posisinya.
Kini pandanganku mulai miris ketika sang anak pergi untuk mencuci tangannya, dengan cepat ibu tersebut makan ayam sisa dari anak laki-lakinya tersebut dan cepat-cepat berhenti ketika sang anak kembali dari mencuci tangannya. Aku yang dengan langsung melihat hal tersebut rasa hati ingin menangis dan segera memeluk mamaku, aku ingin pulang kerumah menemui mamaku. Betapa seorang ibu hanya ingin melihat anaknya senang tanpa harus sianak tahu hati ibunya. Memberikan anaknya kenyang dengan makanan enak dan membiarkan perutnya dalam keadaan kosong. Aku hanya mampu berdo'a untuk diberikan rezqi dan barokah yang melimpah pada keluarga tersebut. Amin.
Namun, ceritaku tak sampai disitu. Kulihat lagi satu keluarga kecil yang duduk didepanku tak berbeda jauh dengan ibu dan anak laki-lakinya tadi. Keluarga tersebut juga hanya memesan dua porsi makan untuk mereka bertiga. Aku melihat sang bapak hanya makan sedikit dari makanan si anak dan lebih banyak meminum es teh si anak. Hanya untuk memberikan kebahagian untuk sang istri dan sang anak, sang bapak menyisihkan sedikit uang dan meluangkan waktu untuk keluarga untuk setidaknya seminggu dapat makan bersama ditempat franchise ayam yang menjadi favorit selain franchise dari Amerika.
Hal itu sekilas mengingatkanku pada cerita lain yang aku lihat saat disalah satu stasiun di Jogja. Yaitu ketika aku masih menunggu kereta sendirian untuk pulang kerumah. Ini pertama kalinya aku pulang sendiri naik kereta api untuk petama kalinya. Jadi aku datang lebih awal dan menunggu distasiun sambil melihat orang lalu lalang dan salah satu yang aku lihat adalah seorang bbapak yang membawa boneka teddy bear warna coklat besar yang aku kira nanti buat anaknya nanti dirumah. Aku disana tak mampu menahan airmataku karena aku teringat bahwa aku sama sekali belum pernah dibelikan boneka sebesar itu oleh ayahku. Aku merasa cemburu pada si anak.
Pada esok sorenya lagi, saat aku ingin pergi mencari makan untuk buka puasa. Aku kembali melihat kasih sayang seorang ayah kembali yaitu aku melihat seorang ayah rela menjemput anak gadisnya pulang kuliah. Aku melihat bapak tersebut menjemput sampau taman mustofa, dan si anak langsung naik kemotor ayahnya dan segera pulang kerumah. Saat itupun aku juga teringat ketika aku merasa cemburu untuk dijemput seperti itu. Aku cemburu karena aku tak pernah sekalipun dijemput seperti itu oleh ayahku. Rasanya pasti seru dan menyenangkan jika dipedulikan sampai pulang kuliah seperti itu. Tapi cemburuku tak berlangsung lama, karena aku sadar diusia yang hampi menginjak kepala dua ini aku harus mandiri dan mampu menjadi gadis yang dewasa dan cerdas. :)
Dari kesempatan ini memberikan pembelajaran yang sangat berharga tentang kasih sayang dari orang tua kita. dima meraka sering menahan lapar hanya untuk membahagiakan anaknya. Anak yang kemudian akan menjadi kebanggannya. Aku bangga pada mamaku yang telah memberikan segalanya kepadaku. Diperjalanan pulangpun aku berkata pada dunia bahwa aku mencintai mamaku. Sujud syukurku pada sholat magribpun aku persembahkan untuk Allah yang telah memberikan kesempatan hidupku untuk hari ini dan terimakasih kepada mamaku atas segala sesuatu yang telah dia korbankan untuk kebahagianku, semoga Allah memberikan berkah rahmat dan hidayanya kepada ayah dan ibu didunia ini.
Senja telah datang ketika aku mulai berjalan menyusuri jalan Jogja untuk menyelesaikan tugasku dibagian kepanitian Bakti Sosial yang diadakan oleh KSR PMI UMY. Sengaja aku pergi ketika hari mulai petang, karena pada ingin menghidari terik matahari yang beberapa hari ini sungguh membakar. Aku gerakan motorku dengan santai asal sampai ditempat tujuan dengan selamat.
Seperti yang telah aku duga jika nanti harus antri. Akupun mengantri pada urutan ke-5. Sesaat setelah adzan magrib berkumandang, akhirnya giliranku untuk menyerahkan filenya kepada petugas digital print tersebut. Setelah semua selesai aku pulang, namun perutku telah memanggil untuk diisi. Akhirnya aku putuskan untuk mengisi perutku ditempat makan dekat kos-kosan saja. Seperti orang setengah bingung dan sengaja menikmati udara sore hari, aku putar-putar jalan dekat kos dan menuju tempat makan yang aku inginkan.
Hingga aku sampai ditempat yang aku tuju yaitu sebuah franchise ayam goreng. Setelah aku ambil pesananku aku mulai mencari tempat duduk dan aku putuskan untuk duduk didekat seorang ibu yang menggendong anaknya dan putranya yang satunya sibuk makanannya. Aku yang duduk mengahadap ibunya sendirian awalnya bingung kenapa ibunya melihatku terus dari mulai aku ambil sedotan untuk minum, cuci tangan dan kembali lagi ketempat dudukku. Tangan dan mulutku masih sibuk mengenyangkan perutku dengan sepotong ayam goreng dan nasi. Sambil makan aku melihat orang masuk untuk membeli makanan, salah satunya adalah sebuah keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan satu anaknya yang juga duduk didekatku.
Kini aku melihat ibu yang duduk didepanku sambil menjaga anak bayinya dalam keadaan tertidur nyenyak dan berpaling dari anak laki-lakinya yang sedang makan. Awalnya aku mengira ibu tersebut sudah selesai makan dan menunggu putranya tersebut selesai makan. Namun, setelah aku lihat lebih teliti dalam meja tersebut hanya ada satu piring yang berisi nasi dan ayam dan dua es teh. Aku tetap dalam kegiatanku menyantap makananku, sambil sesekali melihat handphoneku dan lalu lalang orang, aku lakukan itu karena biar dikira pura-pura sibuk dan biar tidak dikira kesepian karena makan sendirian. Tak lama setelah aku sadar apa yang aku lihat dimeja tersebut, anak laki-laki itu bilang kepada ibunya untuk dibelikan ayam lagi, tapi ibunya menolak dengan alasan bahwa antrinya banyak. Dan memang antri pelanggan pada saat itu memang banyak. Kemudian si anak melanjutkan makannya kembali dan ibu tersebut tetap pada posisinya.
Kini pandanganku mulai miris ketika sang anak pergi untuk mencuci tangannya, dengan cepat ibu tersebut makan ayam sisa dari anak laki-lakinya tersebut dan cepat-cepat berhenti ketika sang anak kembali dari mencuci tangannya. Aku yang dengan langsung melihat hal tersebut rasa hati ingin menangis dan segera memeluk mamaku, aku ingin pulang kerumah menemui mamaku. Betapa seorang ibu hanya ingin melihat anaknya senang tanpa harus sianak tahu hati ibunya. Memberikan anaknya kenyang dengan makanan enak dan membiarkan perutnya dalam keadaan kosong. Aku hanya mampu berdo'a untuk diberikan rezqi dan barokah yang melimpah pada keluarga tersebut. Amin.
Namun, ceritaku tak sampai disitu. Kulihat lagi satu keluarga kecil yang duduk didepanku tak berbeda jauh dengan ibu dan anak laki-lakinya tadi. Keluarga tersebut juga hanya memesan dua porsi makan untuk mereka bertiga. Aku melihat sang bapak hanya makan sedikit dari makanan si anak dan lebih banyak meminum es teh si anak. Hanya untuk memberikan kebahagian untuk sang istri dan sang anak, sang bapak menyisihkan sedikit uang dan meluangkan waktu untuk keluarga untuk setidaknya seminggu dapat makan bersama ditempat franchise ayam yang menjadi favorit selain franchise dari Amerika.
Hal itu sekilas mengingatkanku pada cerita lain yang aku lihat saat disalah satu stasiun di Jogja. Yaitu ketika aku masih menunggu kereta sendirian untuk pulang kerumah. Ini pertama kalinya aku pulang sendiri naik kereta api untuk petama kalinya. Jadi aku datang lebih awal dan menunggu distasiun sambil melihat orang lalu lalang dan salah satu yang aku lihat adalah seorang bbapak yang membawa boneka teddy bear warna coklat besar yang aku kira nanti buat anaknya nanti dirumah. Aku disana tak mampu menahan airmataku karena aku teringat bahwa aku sama sekali belum pernah dibelikan boneka sebesar itu oleh ayahku. Aku merasa cemburu pada si anak.
Pada esok sorenya lagi, saat aku ingin pergi mencari makan untuk buka puasa. Aku kembali melihat kasih sayang seorang ayah kembali yaitu aku melihat seorang ayah rela menjemput anak gadisnya pulang kuliah. Aku melihat bapak tersebut menjemput sampau taman mustofa, dan si anak langsung naik kemotor ayahnya dan segera pulang kerumah. Saat itupun aku juga teringat ketika aku merasa cemburu untuk dijemput seperti itu. Aku cemburu karena aku tak pernah sekalipun dijemput seperti itu oleh ayahku. Rasanya pasti seru dan menyenangkan jika dipedulikan sampai pulang kuliah seperti itu. Tapi cemburuku tak berlangsung lama, karena aku sadar diusia yang hampi menginjak kepala dua ini aku harus mandiri dan mampu menjadi gadis yang dewasa dan cerdas. :)
Dari kesempatan ini memberikan pembelajaran yang sangat berharga tentang kasih sayang dari orang tua kita. dima meraka sering menahan lapar hanya untuk membahagiakan anaknya. Anak yang kemudian akan menjadi kebanggannya. Aku bangga pada mamaku yang telah memberikan segalanya kepadaku. Diperjalanan pulangpun aku berkata pada dunia bahwa aku mencintai mamaku. Sujud syukurku pada sholat magribpun aku persembahkan untuk Allah yang telah memberikan kesempatan hidupku untuk hari ini dan terimakasih kepada mamaku atas segala sesuatu yang telah dia korbankan untuk kebahagianku, semoga Allah memberikan berkah rahmat dan hidayanya kepada ayah dan ibu didunia ini.
Komentar
Posting Komentar