Bernilainya mata ketika dapat membacakan untuk orang yang tidak bisa membaca
Aku menganggap ini adalah kesempatan yang sangat berharga datang kepadaku, kesempatan yang ditunjukan oleh Allah untuk menunjukan kebesaran dan betapa beruntungnya aku. Aku tak ingat dengan jelas kapan tanggalnya, tapi yang aku ingat adalah bulannya yaitu pada bulan Januari 2015. Saat itu ada agenda screening terhadap peserta trapol yang diadakan oleh IMM cabang AR Fakhrudin, dan aku adalah salah satu dari panitia pelaksana. Sekitar jam 15.00 WIB setelah sholat ashar, temanku Arifah mengajakku untuk ikut dengannya mengajari anak tuna netra. Awalnya aku agak ragu karena dia bilang ini baru pertama kalinya. Namun, akhirnya aku setuju untuk ikut dengannya.
Sekitar puku 17.00 WIB kami sudah ditunggu oleh Mbak Aisyah dah Mas Yudha (Orang yang mencari volunteer untuk panti tuna netra tersebut). Kami pergi ketempat panti tersebut, membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk sampau ditempat tujuan. Ini juga merupakan pertama kalinya bagiku untuk melewati jalan menuju tempat tersebut, jadi wajar jika membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk sampai ditempat tujuan.
Saat sampai disana, ditempat sudah ada temannya mas Yudha lainnya yang juga ingin menjadi volunteer ditempat tersebut. Kami diajak mas Yudha ke perpustakaan panti tersebut, saat berjalan menuju perpustakaan tersebut kami melihat ada beberapa gadis sedang mencuci pakaiannya dan seorang ibu sedang memasak didapur. Yap, seperti yang sudah aku duga, gadis-gadis tersebut tidak bisa melihat, namun mereka dapat secara mandiri melakukan apapun yang bisa mereka lakukan sendiri, tentunya dengan latihan yang sering dan hal tersebut akan menjadi kebiasaan dan kebiasaan itu akan meuntun jalan pengelihatan mereka sendiri.
Sampainya diperpustakaan, mas Yudha melakukan sedikit briefing kepada kami tentang situasi yang ada di Yaketunis (nama panti tuna netra tersebut). Kami diizinkan untuk melihat tumpukan buku yang bertuliskan huruf braille yang tentunya kami tidak mampu membca huruf-huruf tersebut. Kami dibuat kagum karena buku-buku tersebut dan juga kita juga menemukan sebuah buku novel yang sangat fenomenal yaitu novel ayat-ayat cinta, yang juga sembat dibuat film layar lebar. Rasa ingin tahu kami harus tertunda terlebih daluhu karena kami telah dipanggil untuk menjalankan sholat magrib. Kamipun menuju mushola yang terdapat dipanti tersebut dan bagi yang laki-laki ikut melaksanakan sholat berjamaah dimasjid yang terletak tidak jauh dari panti tersebut. Seusai mengambil air wudhu aku duduk didepan mushola bersama teman yang lainnya melihat satu persatu anak-anak panti menuju mushola dengan mandirinya tanpa pendampingan orang lainnya untuk berjalan menuju mushola. Mereka mengikuti ubin yang memang dibuat berbeda untuk memudahkan akses mereka, jadi mereka tinggal mengikuti ubin tersebut sambil tangan meraba-raba apa yang terdapat dididepannya. Aku yang untuk pertama kalinya melihat cara mereka berjalan menuju mushola merasa kagum dengan mereka.
Setelah itu aku masuk kemushola dan duduk berdampingan dengan teman-teman yan g lain dan juga anak-anak panti yang lain sambil melihat mereka menyesuaikan shafnya masing-masing. Jadi mereka meraba sajadah yang mereka injak dan tangan meraba sampai dimana shafnya berada sehingga mereka mampu menempatkan diri mereka sendiri. Hal tersebut kembali membuatku kagum, betapa Allah maha pengasih lagi maha penyanyang terhadap umatnya, dimana mereka yang tidak dapat melihat dapat tetap dapat berjalan kerumah-Nya.
Salah satu dari anak laki-laki tersebut dipanggil untuk menjadi imam, aku rasa jadwal imam sudah ditentukan setiap harinya sehingga mereka semua (yang laki-laki) mendapat jatah imam setiap harinya. Ini juga menjadi untuk pertama kalinya bagiku diimamin oleh seseorang yang sungguh luar biasa. Bacaan surat yang mereka bacakan juga lancar dan khusyuk. Ini membuatku merasa sangat lemah disujudku itu.
Seusai solat, seperti biasa diadakan kultum oleh anak-anak panti tersebut. Dan jatah kultum ini dijadwal untuk laku-laku dan perempuan dan pada saat itu yang kultum adalah seorang perempuan. Acara kultum dipercepat karena untuk sesi perkenalan bagi kami volunteer-volunteer baru. Awalnya dari pihak anak-anak panti yang memperkenalkan diri mereka, disela perkenalan diri mereka aku dan juga teman yang lainnya juga secara pribadi berkenalan dengan anak perempuan yang solatnya ada didekat kami. Pada sesi perkenalan ini kami jadi tahu jika sebenarnya mereka ada yang masih bersekolah dan ada juga yang sudah kuliah. Ada yang percaya diri memperkenalkan diri mereka dan juga ada yang malu-malu memperkenalkan diri. Namun, dengan support dari teman yang laiinya merek akhirnya dapat memperkenalkan diri dengan baik.
Sesi selanjutnya adalah perkenalan dari kami, aku jadi tahu ternyata yang jadi volunteer ini kebanyakan dari anak psikologi UGM dan sekarang sedang menempuh S2 juga di UGM. Saat sesi perkenalan dari kami, ternyata juga ada yang bercandain kami layaknya anak-anak seperti biasnya. Kamipun senang dapat diterima dengan baik dan dapat langsung bercanda dengan mereka. Kamipun dapat sedikit mengobrol dengan mereka tentang kegiatan mereka sehari-hari. Hingga tak terasa adzan isya sudah mulai berkumandang dan kamipun juga langsung menjalankan solat isya berjamaah lagi.
Selesai solat, kami kembali keperpustakaan dan anak-anak panti menuju kamar mereka masing-masing. Saat kembali keperpustakaan kami kembali melihat-lihat buku yang terdapat disana meskipun kita tidak dapat membacanya, tapi ada beberapa dari kami yang juga pernah mejadi volunteer untuk tuna netra dan mereka sedikit bisa membaca huruf braille. Kami juga berkenalan lagi satu sama lainnya. Hingga pada akhirnya mas Yudha membuka pertemuan awal kita dengan resmi. Mas Yudha menjelaskan tentang agenda yang akan kami lakukan yaitu mendampingi anak-anak dari panti yang akan menempuh ujian nasional. Ada beberapa anak yang akan menjalani ujian nasional mulai kelas 6 SD, 9 SMP dan 12 SMA. Agenda yang sudah berjalan sekitar 2 tahun yang lalu adalah kelas bahasa inggris yaitu dilaksanankan setiap hari selasa malam yang dipandu oleh teman-teman mas Yudha sendiri. Jadi kami yang baru dipersilakan untuk mengisi matapelajaran yang sekiranya dapat kita handle, tak lupa kita juga menyertakan nomor kontak kita masing-masing untuk kita dapat lebih mudah dalam berkomunikasi.
Mas Yudha juga menjelaskan jika tidak semua anak panti ini menginap dipanti ini, ada yang pulang kerumahnya sendiri dan ada juga yang ngekos didekat sekolah mereka. Panti ini dikelola oleh pendirinya (maaf saya lupa namanya) dan ada yang tinggal di panti untuk membimbing dan menjaga mereka serta seorang ibu yang bertugas memantu memasakan untuk mereka karena mereka tidak mungkin masak sendiri,jika kegiatan pribadi mereka bisa melakukan sendiri namun untuk hal memasak mereka tidak bisa melakukannya sendiri karena resikonya sangat tinggi.
Panti Yaketunis ini merupakan panti yang mencetak Al-qur'an dengan huruf braille pertama kali. Kami ditunjukan Al-qur'an braille tersebut oleh mas Yudha, ya kami hanya mampu melihatnya dan tidak bisa membacanya. Kamipun berdecak kagum melihat Al-qur'an tersebut, bagaimana kuasa Allah memberikan jalan kepada makhluknya untuk dapat membanca kitab sucinya, sedangkan yang diberi mata yang sehatpun kdang tidak ingin membaca Al-qur'an.
Diruangan tersebut selain kita para volunteer baru, juga terdapat dua anak panti yang mendampingi kita yang menjelaskan tentang kondisi di yaketunis itu sendiri. Yang pertama adalah seorang mas-mas yang sangat antusias menjelaskan tentang Al-qur'an dan buku-buku lainnya yang ada diperpustakaan dan juga ada mbak-mbak yang sedang minta bantuan kesalah satu dari kami untuk mengistalkan sebuah aplikasi untuk laptop. Dan sedikit cerirta tentang mbak itu adalah mbak ini telah menjuarai lomba cerpen nasional dan cerita-ceritanya sering dibacakan disalah satu radio lokal di Jogja. Sungguh prestasi yang membanggakan.
Tak lupa kamipun minta diajari oleh mereka untuk belajar huruf braille ada beberapa dari kami yang meminta dibuatkan huruf braille dari A-Z sebagai bahan belajar nantinya. Kamipun juga baru tahu ternyata huruf braille tersebut cara nulisnya terbalik dari halaman yang nantinya yang akan kita baca nantinya. Sudah ada alat untuk membuat hurf braille bentuknya seperti penggaris dan ditusuk dengan menggunakan semacam paku tapi aku lupa namanya. Namun juga sudah ada mesin untuk mencetak huruf braille itu sendiri sehingga ada buku yang bisa dibaca bolak-balik.
Tak terasa sudah pukul sembilan dan kami bertiga (aku, Arifah dan mba Aisya) harus pulang karena tempat tinggal kami jauh dan kami juga tidak mengenali jalan pulang secara pasti. Tapi alhamdulillah kami dikasih arahan oleh salah satu teman volunteer tadi.
Aku sangat senang mendapat kesempatan yang berharga ini, karena aku dapat mensyukuri apa yang Allah berika kepadaku, seperti mata yang dapat melihat dengan baik. Dan kesempatan untuk dapat berbagi mata dengan sesama. Sunggu nikmat mana yang kau dustakan, ya begitulah arti salah satu ayat di Al-qur'an. Pembelajaran dari pengalaman ini adalah kita dapat berusaha dengan segala kemampuan kita dan kekurangan kita dapat menjadi nilai yang sangat tinggi bagi dunia. Asalkan kita mempunyai niat yang kuat kita pasti bisa melakukan apapun yang mungkin bagi orang lain mustahil. Menerima apa yang telah Allah berikan dan tetap meminta perlindungan dan syukur kepada-Nya adalah kewajiban kita didunia.
Terimakasih Ya Allah atas kesempatan ini. :)
Sekitar puku 17.00 WIB kami sudah ditunggu oleh Mbak Aisyah dah Mas Yudha (Orang yang mencari volunteer untuk panti tuna netra tersebut). Kami pergi ketempat panti tersebut, membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk sampau ditempat tujuan. Ini juga merupakan pertama kalinya bagiku untuk melewati jalan menuju tempat tersebut, jadi wajar jika membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk sampai ditempat tujuan.
Saat sampai disana, ditempat sudah ada temannya mas Yudha lainnya yang juga ingin menjadi volunteer ditempat tersebut. Kami diajak mas Yudha ke perpustakaan panti tersebut, saat berjalan menuju perpustakaan tersebut kami melihat ada beberapa gadis sedang mencuci pakaiannya dan seorang ibu sedang memasak didapur. Yap, seperti yang sudah aku duga, gadis-gadis tersebut tidak bisa melihat, namun mereka dapat secara mandiri melakukan apapun yang bisa mereka lakukan sendiri, tentunya dengan latihan yang sering dan hal tersebut akan menjadi kebiasaan dan kebiasaan itu akan meuntun jalan pengelihatan mereka sendiri.
Sampainya diperpustakaan, mas Yudha melakukan sedikit briefing kepada kami tentang situasi yang ada di Yaketunis (nama panti tuna netra tersebut). Kami diizinkan untuk melihat tumpukan buku yang bertuliskan huruf braille yang tentunya kami tidak mampu membca huruf-huruf tersebut. Kami dibuat kagum karena buku-buku tersebut dan juga kita juga menemukan sebuah buku novel yang sangat fenomenal yaitu novel ayat-ayat cinta, yang juga sembat dibuat film layar lebar. Rasa ingin tahu kami harus tertunda terlebih daluhu karena kami telah dipanggil untuk menjalankan sholat magrib. Kamipun menuju mushola yang terdapat dipanti tersebut dan bagi yang laki-laki ikut melaksanakan sholat berjamaah dimasjid yang terletak tidak jauh dari panti tersebut. Seusai mengambil air wudhu aku duduk didepan mushola bersama teman yang lainnya melihat satu persatu anak-anak panti menuju mushola dengan mandirinya tanpa pendampingan orang lainnya untuk berjalan menuju mushola. Mereka mengikuti ubin yang memang dibuat berbeda untuk memudahkan akses mereka, jadi mereka tinggal mengikuti ubin tersebut sambil tangan meraba-raba apa yang terdapat dididepannya. Aku yang untuk pertama kalinya melihat cara mereka berjalan menuju mushola merasa kagum dengan mereka.
Setelah itu aku masuk kemushola dan duduk berdampingan dengan teman-teman yan g lain dan juga anak-anak panti yang lain sambil melihat mereka menyesuaikan shafnya masing-masing. Jadi mereka meraba sajadah yang mereka injak dan tangan meraba sampai dimana shafnya berada sehingga mereka mampu menempatkan diri mereka sendiri. Hal tersebut kembali membuatku kagum, betapa Allah maha pengasih lagi maha penyanyang terhadap umatnya, dimana mereka yang tidak dapat melihat dapat tetap dapat berjalan kerumah-Nya.
Salah satu dari anak laki-laki tersebut dipanggil untuk menjadi imam, aku rasa jadwal imam sudah ditentukan setiap harinya sehingga mereka semua (yang laki-laki) mendapat jatah imam setiap harinya. Ini juga menjadi untuk pertama kalinya bagiku diimamin oleh seseorang yang sungguh luar biasa. Bacaan surat yang mereka bacakan juga lancar dan khusyuk. Ini membuatku merasa sangat lemah disujudku itu.
Seusai solat, seperti biasa diadakan kultum oleh anak-anak panti tersebut. Dan jatah kultum ini dijadwal untuk laku-laku dan perempuan dan pada saat itu yang kultum adalah seorang perempuan. Acara kultum dipercepat karena untuk sesi perkenalan bagi kami volunteer-volunteer baru. Awalnya dari pihak anak-anak panti yang memperkenalkan diri mereka, disela perkenalan diri mereka aku dan juga teman yang lainnya juga secara pribadi berkenalan dengan anak perempuan yang solatnya ada didekat kami. Pada sesi perkenalan ini kami jadi tahu jika sebenarnya mereka ada yang masih bersekolah dan ada juga yang sudah kuliah. Ada yang percaya diri memperkenalkan diri mereka dan juga ada yang malu-malu memperkenalkan diri. Namun, dengan support dari teman yang laiinya merek akhirnya dapat memperkenalkan diri dengan baik.
Sesi selanjutnya adalah perkenalan dari kami, aku jadi tahu ternyata yang jadi volunteer ini kebanyakan dari anak psikologi UGM dan sekarang sedang menempuh S2 juga di UGM. Saat sesi perkenalan dari kami, ternyata juga ada yang bercandain kami layaknya anak-anak seperti biasnya. Kamipun senang dapat diterima dengan baik dan dapat langsung bercanda dengan mereka. Kamipun dapat sedikit mengobrol dengan mereka tentang kegiatan mereka sehari-hari. Hingga tak terasa adzan isya sudah mulai berkumandang dan kamipun juga langsung menjalankan solat isya berjamaah lagi.
Selesai solat, kami kembali keperpustakaan dan anak-anak panti menuju kamar mereka masing-masing. Saat kembali keperpustakaan kami kembali melihat-lihat buku yang terdapat disana meskipun kita tidak dapat membacanya, tapi ada beberapa dari kami yang juga pernah mejadi volunteer untuk tuna netra dan mereka sedikit bisa membaca huruf braille. Kami juga berkenalan lagi satu sama lainnya. Hingga pada akhirnya mas Yudha membuka pertemuan awal kita dengan resmi. Mas Yudha menjelaskan tentang agenda yang akan kami lakukan yaitu mendampingi anak-anak dari panti yang akan menempuh ujian nasional. Ada beberapa anak yang akan menjalani ujian nasional mulai kelas 6 SD, 9 SMP dan 12 SMA. Agenda yang sudah berjalan sekitar 2 tahun yang lalu adalah kelas bahasa inggris yaitu dilaksanankan setiap hari selasa malam yang dipandu oleh teman-teman mas Yudha sendiri. Jadi kami yang baru dipersilakan untuk mengisi matapelajaran yang sekiranya dapat kita handle, tak lupa kita juga menyertakan nomor kontak kita masing-masing untuk kita dapat lebih mudah dalam berkomunikasi.
Mas Yudha juga menjelaskan jika tidak semua anak panti ini menginap dipanti ini, ada yang pulang kerumahnya sendiri dan ada juga yang ngekos didekat sekolah mereka. Panti ini dikelola oleh pendirinya (maaf saya lupa namanya) dan ada yang tinggal di panti untuk membimbing dan menjaga mereka serta seorang ibu yang bertugas memantu memasakan untuk mereka karena mereka tidak mungkin masak sendiri,jika kegiatan pribadi mereka bisa melakukan sendiri namun untuk hal memasak mereka tidak bisa melakukannya sendiri karena resikonya sangat tinggi.
Panti Yaketunis ini merupakan panti yang mencetak Al-qur'an dengan huruf braille pertama kali. Kami ditunjukan Al-qur'an braille tersebut oleh mas Yudha, ya kami hanya mampu melihatnya dan tidak bisa membacanya. Kamipun berdecak kagum melihat Al-qur'an tersebut, bagaimana kuasa Allah memberikan jalan kepada makhluknya untuk dapat membanca kitab sucinya, sedangkan yang diberi mata yang sehatpun kdang tidak ingin membaca Al-qur'an.
Diruangan tersebut selain kita para volunteer baru, juga terdapat dua anak panti yang mendampingi kita yang menjelaskan tentang kondisi di yaketunis itu sendiri. Yang pertama adalah seorang mas-mas yang sangat antusias menjelaskan tentang Al-qur'an dan buku-buku lainnya yang ada diperpustakaan dan juga ada mbak-mbak yang sedang minta bantuan kesalah satu dari kami untuk mengistalkan sebuah aplikasi untuk laptop. Dan sedikit cerirta tentang mbak itu adalah mbak ini telah menjuarai lomba cerpen nasional dan cerita-ceritanya sering dibacakan disalah satu radio lokal di Jogja. Sungguh prestasi yang membanggakan.
Tak lupa kamipun minta diajari oleh mereka untuk belajar huruf braille ada beberapa dari kami yang meminta dibuatkan huruf braille dari A-Z sebagai bahan belajar nantinya. Kamipun juga baru tahu ternyata huruf braille tersebut cara nulisnya terbalik dari halaman yang nantinya yang akan kita baca nantinya. Sudah ada alat untuk membuat hurf braille bentuknya seperti penggaris dan ditusuk dengan menggunakan semacam paku tapi aku lupa namanya. Namun juga sudah ada mesin untuk mencetak huruf braille itu sendiri sehingga ada buku yang bisa dibaca bolak-balik.
Tak terasa sudah pukul sembilan dan kami bertiga (aku, Arifah dan mba Aisya) harus pulang karena tempat tinggal kami jauh dan kami juga tidak mengenali jalan pulang secara pasti. Tapi alhamdulillah kami dikasih arahan oleh salah satu teman volunteer tadi.
Aku sangat senang mendapat kesempatan yang berharga ini, karena aku dapat mensyukuri apa yang Allah berika kepadaku, seperti mata yang dapat melihat dengan baik. Dan kesempatan untuk dapat berbagi mata dengan sesama. Sunggu nikmat mana yang kau dustakan, ya begitulah arti salah satu ayat di Al-qur'an. Pembelajaran dari pengalaman ini adalah kita dapat berusaha dengan segala kemampuan kita dan kekurangan kita dapat menjadi nilai yang sangat tinggi bagi dunia. Asalkan kita mempunyai niat yang kuat kita pasti bisa melakukan apapun yang mungkin bagi orang lain mustahil. Menerima apa yang telah Allah berikan dan tetap meminta perlindungan dan syukur kepada-Nya adalah kewajiban kita didunia.
Terimakasih Ya Allah atas kesempatan ini. :)
Komentar
Posting Komentar