Cerita di Yaketunis Yogyakarta
Hari ini aku ada janji dengan Evita di Yaketunis. Evita adalah seorang gadis tuna netra yang tinggal di Yaketunis. Sekarang dia duduk dikelas 10 SMA, untuk membantu mengerjakan tugas sekolahnya kadang dia memanggilku. Dan sore ini aku janji kepadanya untuk membantu mengerjakan tugas geografinya. Sampainya disana ternyata dia sedang mengikuti pembekalan untuk pembelajaran rutin bahasa inggris yang diadakan oleh relawan Yaketunis. Sambil menunggunya aku bermain Hp dan beberapa kali mengambil foto diri disana. Tak lama kemudian Evita datang dari arah aula tempat pertemuannya.
"Evitaa" panggilku
"Mba,... mba udah lama nunggunya?" tanyanya
"belum ko" jawabku
" Bentar ya mba, aku ambil bukunya dulu." katanya
" iyaa" sahutku
Tak berapa lama Evita datang dengan setumpuk bukunya dan kita langsung pergi ke perpustakaan untuk memulai belajarnya. Biasanya dia hanya membawa buku yang ingin dia pelajari saja, tetapi hari ini dia membawa hampir semua bukunya. Akupun membantu buku geografi yang ingin dia kerjakan tugasnya hari ini. Dia bilang ingin belajar matematika, fisika dan geografi dan untuk tugas pertama yang ingin dia kerjakan adalah geografi.
" halaman berapa tugasnya?" tanyaku
"Halaman 45 - 51 mba" jawabnya
"Oke, kita mulai dari halaman 45 ya." kataku
"iya, mba" balasnya
Aku mulai membacakan soal dan materinya. Pada materi tugas kali ini adalah membahas tentang batuan, vulkanik dan atmosfer bumi. Jujur pelajaran ini tidak begitu aku kuasai, jadi beberapa kali aku juga searching online untuk mendapatkan tambahan materi. Saat adzan magrib dan isya' aku minta izin kepadanya untuk sholat berjamah dengan teman-teman panti lainnya. Aku sengaja mengikuti sholat jamaah mereka, meskipun aku tidak kenal mereka dan merekapun juga tidak melihatku tapi aku ingin menikmati suasana sholat berjamaah dengan mereka, apalagi yang mengimami adalah siswa tunanetra juga. Mereka semua membuatku kagum, pernah sempat juga menangis saat pertama kali datang ke Yaketunis pada tahun 2015 yang lalu. Setelah tugas geografinya selesai, kita ingin melanjutkan ketugas lainnya yaitu matematika. Tetapi ternyata dalam tumpukan buku yang dibawa Evita tidak ada buku matematikanya.
" Kamu ambil aja buku matematikanya, masih jam delapan ko" kataku
" G usahlah mba besok aja lagi, sekarang udah malam" jawabnya
" Beneran lho ambil aja dulu gpp, ini belum malem banget" imbuhku
" Besok aja lagi mba, lagipula tugasnya dikumpulnya masih lama ko" katanya
" oke deh" balasku
" Maaf lho mba, aku ganggu waktu malam minggunya" katanya
" gpp ko, aku g malam mingguan ko, lha aku g punya pacar ko. Ini malam mingguan sama kamu lebih bermanfaat" jawabku enteng
"Oh iya mba?"
" Kamu udah capek kah?" tanyaku
" Belum ko mba" katanya
" Besok kamu mau pulang?" tanyaku
" Nggak mba, paling hari rabu aku pulangnya." jawabnya
"Kamu pulangnya dijemput?" tanyaku lagi
" Nggak mba, aku naik travel klo g naik bis" jawabnya
" Sendirian?" tanyaku lagi memastikan
" Iya, mba. Biasanya klo dari sini naik grab trus sampai terminal, baru naik bis yang arah Jawa Timur.Biasanya naik bis Patas sih mba. Klo naik travel biasanya dijemput" Jawabnya
" Biasanya bayarnya berapa? tanyaku lagi
" klo naik bis 50 ribu, klo naik travel bisa sampe 100 ribu, mba" jawabnya
" eh, mbaknya asalnnya darimana sih, aku lupa ei?" tanyanya balik
" Aku dari Sragen" jawabku
" Naik apa mba?" tanyanya lagi
" Motoran" jawabku
" tiga sampai empat jam ya mba?"
"iyaa" jawabku lagi
" Klo soal sekolah gimana? soal biaya dikirimin gitu?" tanyaku
" Iya mba, dikirimin lewat atm" jawabnya
"Bisa?kan g ada talk-nya ngapalinnya gimana" tanyaku karena kaget
" Iya bisalah mba, kan kita ngapalin pencetannya" jawabnya
" Oh iya ya, seru ya kaya gitu" kataku
" Enak g tinggal disini?" tanyaku penasaran tentang kehidupan di Yayasan ini
" Ya ada enaknya ada nggaknya sih mba" jawabnya
" Lah, g enaknya apa?" tanyaku lagi
" Ya karena banyak kegiatannya, harus bangun pagi subuh-subuh trus mandi setengah enam harus pergi ke Sekolah, sampai dari pemberhentian busnya paling setengah tujuh trus kita jalan klo waktunya nyukup, klo nggak ya kita nge-grab bareng-bareng, pulang sekolah udah ada kegiatan di panti, kadang capek sih mba." jawabnya
" Trus kamu cita-citanya jadi apa?" tanyaku lagi
Sambil malu-malu dia jawab " ingin jadi orang sukses mba"
" Yah, sukses kan terlalu umum" sanggahku
" Jadi apa ya mba, Jadi guru ajalah mba. Kan buat tuna netra g bisa yang lain." jawabnya
" Banyak ya, sekarang banyak dibuka pekerjaan yang dikhususkan untuk difable lho, kaya dikementrian-kementrian itu juga banyak yang dikgususkan untuk difable gitu, jadi mereka punya prioritas sendiri" kataku menjelaskan
" Iya sih mba, baru-baru ini kan ya" tanyanya
" Iya, dan juga kaya Mas Tegar itu." imbuhku
" Mba tahu mas Tegar?' tanyanya lagi
"Iya tahu sih, kan yang menginisisasi program bahasa inggris dulu dia kan, aku diajakin mas Yudha dulu, tapi karena g bisa waktunya ya aku cuma bisa bantuin belajar gini aja"
" Oh mas Yudha kenal juga?" tanyanya lagi
"Iya" jawabku
" Iya masnya sekarang sudah menikah kan ya sama relawan yang datang kesini juga klo g salah, sekarang udah punya anak" jelasnya
" Oh iya? aku g tahu soal itu." jawabku
" Klo soal agama gimana? udah banyak hafalan suratnya" tanyaku lagi
" Belum mba, juz tiga puluh aja belum hafal semua. mbanya kali yang udah banyak hafalannya? " tanyanya balik
" Belum ya, aku g alim-alim amat, ini aja aku masih pakai celana. Klo mba Nisa atau Ifah itu dah, mereka g pake celana lagi" jelasku
" Oh iya ya mba, mba Nisa kuliahnya di agama kan ya?" tanyanya
" Iya, tapi sekarang dia udah balik ke Garut." jawabku
" Selain guru, kamu ingin jadi apa? " tanyaku lagi
" Jadi apa ya mba, aku cuma baru kepikiran itu" jelasnya
" Maunya jadi guru apa?" tanyaku lebih detail lagi
" Jadi guru SLB mba" jawabnya
" Kalau disini ada temen dari magetan?" tanyaku
" Nggak ada mba, cuma aku sendiri. Disini dari cilacap banyak, Magelang banyak. kebanyakan dari situ sih yang lain, yang lain dari Makasar, Medan, Bengkulu juga ada. Dan mereka jarang pulang" jawabnya
" Hah, Medan ko jauh banget. " heranku
" Klo dari background keluarga ada g yang diffable juga?' tanyaku lagi
" Ada" jawabnya
"siapa?" tanyaku penasaran
" Kakak sama ayah" imbuhnya
" netra juga?" tanyaku lebih lanjut
" Iya, tapi mereka tidak dari lahir sih. Jadi bapak tuh netranya dari umur 25, pas udah nikah dan punya anak. Trus klo mas dari kelas tiga SD gara-gara lari trus matanya ketancep kayu dan keluar darah dan sekarang pakai mata palsu. Dan aku juga sejak kelas empat SD. Jadi pas olahraga trus kesandung, kuku jempol kanan kaki itu lepas, trus habis itu diobatin itu gpp, tapi ternyata syaraf kaki itu kena syaraf retina mata, nyalur kemata syarafnya trus syarafnya lepas dan pendarahan dimata, tapi tidak mau keluar darahnya jadi beku gitu." jelasnya
" dulu sempat lihat kan" tanyaku lagi
" Iya dulu pernah lihat, trus pernah juga dioperasi di Bandung buat disambung lagi syarafnya, tapi karena aku banyak gerak jadi putus lagi. G langsung total sih, sedikit demi sedikit penglihatanku mulai kabur gitu mba trus g bisa lihat sekarang." Jelasnya lagi
" Eh maaf ya, kamu marah g aku tanya kaya gini" tanyaku takut menyinggung perasaaanya
" Nggak mba, biasa aja mba" jawabnya sambil mengangkat kepalanya
" Tus bagaimana perasaanmu" tanyaku
" Ya sedih sih mba, awalnya keluargaku belum putus asa mengobati aku, dulu sempet bolak-balik Surabaya, pengobatan herbal gonta ganti tempat herbalnya tapi ya namanya takdir ya mau gimana lagi. Sempet juga sih pernah depresi" tandasnya
" Gimana itu, kamu depresinya seperti apa?" tanyaku lagi
" ya depresinya ya gimana ya, ya semalaman nangis, kaya g bisa nerima takdir. Karena awalnya lihat trus g bisa lihat. Dulu kan juga aku sering main, klayapan terus. Jadi semenjak itu g bisa keluar kemana-mana ya akhirnya stress lah." jawabnya
" Trsu akhirnya udah bisa nerima kapan? " tanyaku
" Semenjak dipindahin ke SLB, awalnya kan aku di SD umum trus dipindahin ke SD SLB pas mau naik kelas lima, ya sejak itu mau g mau aku nerima keadaan" jawabnya
" Jadi banyak temen ya" imbuhku
" nggak sih mbak, temen ya paling cuma satu dua yang main dirumah, banyak temen itu ya disini dan di SLB itu yang netra cuma aku yang lain itu ya tuna grahita, tuna runggu kaya gitu." jawabnya
" Ada g sih yang kamu syukuri dengan keadaan ini? "tanyaku
" Ada sih mba, dengan ini aku bisa mandiri bisa sekolah sejauh ini tanpa orang tua, trus dengan kaya gini aku juga pernah nyetak prestasi dengan Umbul-umbul itu olahraga untuk difable. Itu bola yang ada kerincingnya itu jadi kita bisa mengikuti bola dari suara kerincingnya itu dan kita bisa nangkep bolanya. Pas waktu kelas tujuh pasa awal aku kesini disuruh belajar itu sampai setengah tahunan. Pernah juga sampai diberangkatin ke Bandung untuk lomba PON tapi belum menang trus 2018 itu pernah juga ikut JUNAS di Solo dan dapat perunggu, jadi dengan seperti ini aku bisa banggain orang tualah g terpuruk seperti dulu lagi." Jawabnya
" Alhamdulillah...., kamu merasa beruntung g sih g bisa lihat, kan kadang tuh kita lihat nih yang buruk-buruk gitu dan beruntung g sih g bisa lihat hal-hal seperti itu? " tanyaku lagi
" Beruntung sih, karena kita g bisa lihat kita jadi g bisa lihat yang jelek-jelek dan dosa penglihatan kita terkurangi." Jawabnya
" Iya, kan klo kita g bisa lihat nambah pahala kita saat di surga nanti ya." imbuhku
" Aamiin, mba tergantung amalnya aja sih." jawabnya
" Klo disekolah kamu juara berapa?' tanyaku
" Belum juara sih mba, tapi yang penting udah bisa mengikuti aja" jawabnya
" Iya Alhamdulillah ya bisa ngikutin, klo butuh bantuan panggil aku aja atau Ifah gitu.Aku dulu sering kesini ko, sekitar tahun 2015 an. Ya itu habis yang program bahasa inggris itu, ada nak cowok tapi aku lupa namanya dia sering minta dibacain materi sekolahnya, trus dia pindah keluar jadi aku g kesini lagi. Padahal bagi aku, itu bisa mengurangi dosa mata aku dan nambah pahala bagi aku sendiri, makanya aku seneng" kataku
" Tak kira mba baru lho, pas bareng sama mba Nisa kemarin. Jadi mbak kesini g baru-baru ini aja ya" katanya
" Dulu aja pas pertama kali kesini aku nangis lho, rasanya kok aku menyia-nyiakan mataku gitu." curhatku
Evita tersenyum,
" Jaga ya sillaturahminya dan semoga cita-citamu tercapai" kataku
" Berarti ini kamu mau lanjut kuliah ya berarti?" tanyaku lagi
" Aamiin mba" jawabnya
" Itu ya ditempatnya mas Tegar itu ya" kataku
" Dimana mba UGM, Aaminn Ya Allah. susah mba itu masuknya" katanya
" Ya kan gpp, pasti ada kuotanya ko, klo g di UII atau UIN, UNY " imbuhku
" Iya mba klo UIN banyak, klo UNY susah masuknya." katanya
" Oh ya udah ya, maaf ya klo aku nyinggung atau gimana, semangattt." kata penyemangatku untuknya
" Iya mbaa" jawabnya
" Iya mbaa" jawabnya
Setelah itu kita keluar dari perpustakaan itu dan Evita balik kekamarnya lalu aku pulang kerumah. Setelah mendengar ceritanya itu aku kagum dengan dia masih semangat dengan ujian luar biasa, keluarganya juga tuna netra kecuali ibunya, aku tidak bisa bayangkan bagaimana perasaan ibunya. Dan setelah ini aku memang punya rencana untuk mendonorkan organ dalamku ketika aku mati nanti. Semoga aku bisa membantu yang membutuhkan, aku bisa bermanfaat bagi yang lain, toh daripada hanya dikubur mending dibuat untuk membantu yang lain. Semoga aja aku bisa menjaga tubuhku dan selalu sehat kedepannya. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar