Siapa air yang telah menyirami hidupku?



Dia berjalan dengan kesendiriannya menatap jalanan yang tiada ujungnya, pikirnya masih melayang dalam bayangan akan masa depannya, apa yang akan terjadi dalam hidupnya akankah ia akan hidup seperti ini selamanya? Kata-kata itu terus membayangi setiap langkah kakinya, apa? Apakah harus ada kesuksesan? Apakah kesuksesan akan membawanya pada kebahagiaan? Apakah kesuksesan akan membawanya kesurga? Dia terus melangkah tidak peduli ada ataupun tidak ada orang yang menyapanya, mungkin dia merasa hidupnya telah menjadi batu yang hanya bisa dipecahkan oleh air, tapi siapa airnya, mungkin dia telah menyiraminya setiap hari , ya mungkin saja, karena diapun tidak merasakannya, karena dia batu, yang akan merasa hidupnya berubah setelah dilempar orang lain, yang semakin menjauhkannya dari airnya yang membuatnya semakin sakit karena terbentur oleh batu lainnya, apa? Batu lainnya jadi dia tidak sendirian orang yang terlempar dan jauh dari mata airnya, dia merasa begitu, tapi kenapa tidak Nampak seperti terlempar? Mungkin karena cara lemparannya berbeda tapi sama rasa sakitnya, mungkin begitu tapi mungkin saja benar. Dia sampai dirumah, rumahnya seperti hidup, banyak pohon ditanam didepan rumahnya, rumahnya sangat nyaman untuk ditinggali,memang rumah adalah istana bagi pemiliknya, rumahnya memang terlihat nyaman tapi hidupnya sangat berantakan, rumahnya memang bersih, bahkan tidak ada debu yang mampu menempel pada kaca rumahnya, rumahnya selalu dibersihkan oleh teman dirumahnya, ya banyak teman yang selalu membersihkan rumahnya, tapi tidak ada satu orangpun yang mengetahuhi apa yang dilakukannya, apakah dia sedih, senang, ataupun marah, karena dia tidak pernah berekspresi, wajahnya selalu datar, bukan dia tidak mempunyai rasa tapi mungkin karena dia sudah banyak merasakannya, tidak ada tempat yang dia masuki selain kamarnya, semua kegitannya ia lakukan didalam kamarnya, bahkan ia tidak pernah keruang makan untuk makan dia seperti orang sakit yang tidak mampu pergi keruang makan,makanannya selalu diantarkan temannya kekamarnya, dia hanya merasa hanya kamarnyalah yang mampu membuatnya tenang, kamarnya selalu terang jika dia sedang bekerja dan selalu gelap jika dia ada didalamnya.

Dia selalu rapi dan tampil elegant ketika saat bekerja, apa pekerjaanya? Pasti dia orang berdasi dan bekerja diruangakn ber –ac. Tidak pekerjaannya hanyalah berjalan-jalan ditaman rumahnya, setiap hari memandangi bunga dan tanaman yang tumbuh ditaman kesayangannya itu. Duduk di kursi tua dibawah pohon dan memandang apa yang bisa dipandangnya, dia hanya membisu ketika temannya bertanya apa yang dia pandangi, apa ada kenangan yang membuatnya senang di taman itu? Wajahnya selalu datar. Dia selalu melakukan kegiatannya setiap hari. Mungkin pergi ketaman adalah salah satu caranya agar dia tetap mendapatkan oksigen. Setelah itupun ia pergi kekamarnya, makan makanan yang telah dihidangkan temanya dikamarnya lalu tidur. Temanya bertanya “apakah kau tidak ingin melihat kejadian yang ada diluar rumahmu saat ini?” “tidak.” Jawabnya. “lalu apa alasanmu berdiam diri dikamarmu seperti ini?” Tanya temannya lagi “ tidak ada alasan, aku hanya ingin melakukannya setiap hari, sekarang aku ingin tidur.” Jawabnya “berapa jam waktumu yang kau habiskan untuk tidur sehari, tanpa lampu apa kau tidak pusing?” Tanya temannya lagi. Tapi dia tidak menjawab. Dia sudah menjelajahi alam mimpinya.

Kesesokan harinya lagi dia berjalan ditaman lagi. Temanya yang kemarin bertanya kepadanya mengamati betul apa yang dilihatnya kali ini. Dia melihat air terjun ditamanya, temanya memberanikan diri lagi untuk bertanya kepadanya lagi “apa yang kau lihat setiap hari disini? Apa air terjun itu?“ “iya” jawabnya “apa yang kau rasakan setelah melihat air terjun itu?” Tanya temannya lagi “aku merassa tenang” jawabnya lagi “benar ketika kita meihat aliran air dan mendengar gemercik suaranya otak kita memang akan merasa tenang. Apakah kau punya kenangan? Sehingga air terjun itu sangat berarti untukmu?” Tanya temannya lagi, ia ingin tahu apa yang membuatnya seperti batu “tidak ada” jawab singkatnya “lalu kenapa kau memandanginya setiap hari?” Tanya temannya yang ingin mengorek masa lalunya, mungkin temannya itu bisa membantunya agar bisa beraktivitas seperti manusia umumnya “aku hanya ingin merasa tenang” lagi-lagi singkat jawabnya “aku juga tenang jika melihat air terjun itu.”celetuk temannya “tahukah kau batu yang ada dibawah air terjun itu, batu itu lama kelamaan akan berlubang dan beberapa tahun yang akan datang batu itu mungkin sudah tidak ada disana lagi.” Katanya “iya benar. Jadi kau selama ini meneliti hal itu?” Tanya temannya “tidak” jawabnya “lalu?” Tanya temannya penasaran “aku ingin tahu siapa air yang selama ini menyirami hidupku?” katanya. Temanya kaget, temannya tidak menyangka akan mendengar kata- kata itu, karena temannya selalu bepikir bahwa dia tidak pernah menggunakan otak untuk bepikir “apakah kau merasa kehilangan air itu?” Tanya temannya. “tidak, aku tidak pernah merasakannya.” Jawabnya “lalu siapa air itu, menurutmu?” Tanya temannya lagi. “aku tidak tahu.” Jawabnya. “jika kau adalah batu yang ada dibawah air terjun itu, maka air itu adalah Tuhan, keluarga dan teman-temanmu.” Jelas temannya itu “apa?”tanyanya kaget. “iya kau bilang kau tidak pernah merasakan bahwa air itu hilangkan? Dan air itu selalu mengalir dihidupmu? Dan kau tidak pernah menyadari itu. Yang kau rasakan adalah rasa tenang. Karena kau merasa air itu masih selalu menyirami hidupmu.” Jelas temannya yang seperti psikolog. “mungkinkah seperti itu?” tanyanya “mungkin saja.” Jawab temannya “apakah salah satunya adalah kau?” tanyanya “iya, karena aku temanmu.” Jawab temannya “tapi batu itu lama-kelaman akan menghilang, tergerus oleh aliran air itu. Jadi air itu akan membunuhku?” tanyanya “setiap makhluk hidup itu pasti mati, mereka selalu diberi keindahan, kenyaman, kebahagiaan, ketenangan oleh Tuhan. Jika sudah tepat waktunya nanti, merekapun juga akan menyerahkan semua hidupnya untuk Tuhannya. Tapi lihat air itu akan selalu mengalir ditempat batu  itu berada meskipun batu itu sudah tidak ada lagi,air selalu percaya batu itu akan selalu ada ditempatnya.” Jelas temannya “terima kasih atas jawabanmu.” Katanya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perang Teluk II

sepotong kasih sayang orangtua

Pelarian dan pelampiasan?